Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Jambi
Sabtu, 18 Mei 2013
Sabtu, 11 Mei 2013
Keistemewaan sholat berjamaah
صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ
فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ
إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا
يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ
بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ
الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ
مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ
“Shalat seorang laki-laki dengan berjama’ah dibanding shalatnya
di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya
dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia
berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju
masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjama’ah,
maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan
satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia
melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendo’akannya selama
dia masih berada di tempat shalatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah
rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam
keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 649)dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Musa
إِنَّ أَعْظَمَ النَّاسِ أَجْرًا فِي الصَّلَاةِ أَبْعَدُهُمْ
إِلَيْهَا مَمْشًى فَأَبْعَدُهُمْ وَالَّذِي يَنْتَظِرُ الصَّلَاةَ حَتَّى
يُصَلِّيَهَا مَعَ الْإِمَامِ أَعْظَمُ أَجْرًا مِنْ الَّذِي يُصَلِّيهَا
ثُمَّ يَنَامُ
“Manusia paling besar pahalanya dalam shalat adalah yang paling
jauh perjalannya, lalu yang selanjutnya. Dan seseorang yang menunggu
shalat hingga melakukannya bersama imam, lebih besar pahalanya daripada
yang melakukannya (sendirian) kemudian tidur.” (HR. Muslim no. 662)dia berkata: Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:tDari Abu Ad-Darda`
مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ
فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ
فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan
shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai
mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena
sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian
(jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud no. 547, An-Nasai no. 838, dan sanadnya dinyatakan hasan oleh An-Nawawi dalam Riyadh Ash-Shalihin no. 344)Dari Ibnu Umar -radhiallahu anhuma-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendirian.” (HR. Al-Bukhari no. 131 dan Muslim no. 650)Penjelasan ringkas:
Karena besarnya urgensi shalat berjamaah bagi keumuman lingkungan kaum muslimin dan bagi setiap individu yang ada di dalamnya, Allah Ta’ala menjanjikan untuknya pahala yang besar dan Ar-Rasul -alaihishshalatu wassalam- senantiasa memotifasi untuk mengerjakannya. Dan beliau -alaihishshalatu wassalam- mengabarkan bahwa shalatnya seseorang secara berjamaah jauh lebih utama daripada shalat sendirian dan bahwa shalat berjamaah merupakan sebab terjaganya kaum muslimin dari setan. Keutamaan yang pertama untuk individu dan yang kedua untuk masyarakat kaum muslimin.
(Materi Kepemanduan "Al Ikhlas")
Sabtu, 20 April 2013
Masih Perlukah Ujian Nasional?
KOMPAS/ASWIN RIZAL HARAHAP
Siswa mengikuti ujian nasional SMA/SMK sederajat di SMA Negeri 1
Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (18/4/2013). Ujian hari pertama yang
diikuti 119.958 siswa se-Sulsel itu masih diwarnai sejumlah persoalan,
seperti sekolah kekurangan naskah soal dan adanya pertanyaan ganda dalam
mata pelajaran kejuruan bagi siswa SMK.
Kacau! Satu kata ini tampaknya tepat untuk menggambarkan pelaksanaan ujian nasional tingkat SMA/SMK tahun ini.
Pelaksanaan UN di 11 provinsi tertunda karena keterlambatan naskah soal, sementara keluhan bermunculan di sekolah-sekolah yang telah melaksanakan UN sejak Senin, 15/4/2013. Mulai dari rendahnya kualitas lembar jawaban UN, tertukarnya paket-paket soal, kurangnya naskah soal dan lembar jawaban UN, hingga indikasi kecurangan yang mulai dilaporkan ke posko pengaduan UN atapun yang diungkapkan melalui media sosial.
Cukupkah berbagai permasalahan UN dipandang sebagai masalah teknis belaka? Andai masalah-masalah teknis ataupun indikasi kecurangan itu teratasi, misalnya dengan memperbanyak paket soal dan memperketat pengawasan, apakah UN layak dibiarkan tetap berlangsung sebagai rutinitas tahunan berbiaya besar tanpa manfaat signifikan bagi peningkatan mutu pendidikan di Tanah Air?
Asumsi UN
Terlebih lagi, dalam beberapa tahun terakhir, mengapa UN menimbulkan kecemasan yang luar biasa di kalangan siswa, orangtua, dan guru? Mengapa pembelajaran menjadi tidak mengasyikkan lagi bagi siswa sehingga harus dipaksa dengan sebuah tes bernama UN?
Persoalan UN tidak bisa semata-mata ditarik ke ranah teknis. Asumsi yang melandasi kebijakan UN harus diuji keabsahannya. Ujian kelulusan didasarkan asumsi: dengan menetapkan standar akademis yang harus dicapai siswa dan diukur melalui tes standar, disertai konsekuensi atas keberhasilan ataupun kegagalan mencapai standar tersebut, akan meningkatkan motivasi siswa, guru, dan sekolah dalam meningkatkan prestasi mereka.
Laporan tahunan terbaru (2012) dari Center on Education Policy—sebuah lembaga nirlaba yang didirikan di George Washington University, yang meneliti ujian kelulusan di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat sejak tahun 2002—menyimpulkan bahwa hingga saat ini keterkaitan antara ujian kelulusan dan peningkatan prestasi belajar siswa masih belum terbukti. Laporan tersebut juga merujuk pada beberapa penelitian lain, misalnya yang dilakukan Grodsky dkk (2009), Reardon dkk (2009), dan Holme dkk (2010), yang belum menemukan keterkaitan antara pelaksanaan ujian kelulusan dan peningkatan prestasi belajar siswa.
Untuk menilai efektivitas pelaksanaan UN, tentunya kita membutuhkan indikator. Salah satu indikator yang saat ini tersedia dan dapat digunakan adalah hasil-hasil survei internasional dalam TIMSS (untuk matematika), PIRLS (untuk kemampuan membaca), dan PISA (matematika, sanis, dan membaca).
Indonesia secara periodik telah mengikuti asesmen internasional tersebut dengan hasil yang memprihatinkan. Siswa Indonesia berada di peringkat bawah dalam ketiga asesmen tersebut, sebagaimana pernah saya sampaikan dalam opini saya sebelumnya berjudul ”Gawat Darurat Pendidikan” (Kompas, 14/12/2012). Bukan hanya peringkat yang mencemaskan, melainkan mayoritas siswa Indonesia ternyata baru mencapai level penalaran yang rendah. Bukankah ini sudah merupakan indikator kegagalan UN dalam meningkatkan prestasi belajar siswa?
Sementara itu, penelitian-penelitian lain juga telah mendokumentasikan dampak negatif ujian kelulusan. Di antaranya: (1) kesenjangan prestasi akademis berdasarkan status sosial ekonomi keluarga; (2) meningkatnya risiko putus sekolah bagi siswa tak mampu dan siswa dari kelompok minoritas; (3) penyempitan kurikulum, yaitu terfokusnya pembelajaran pada mata pelajaran yang diujikan sehingga yang tak diujikan terabaikan; (4) proses belajar yang berupaya menggali aspek kreativitas dan berpusat pada siswa cenderung terpinggirkan karena lebih memfokuskan pada latihan-latihan soal; (5) tekanan berlebihan yang dirasakan siswa; tekanan berlebihan yang dirasakan guru; dan (6) berbagai modus kecurangan.
Dampak-dampak negatif ujian kelulusan yang terdokumentasikan dalam beberapa penelitian di atas sebetulnya telah kita amati di Indonesia. Dampak negatif itu lebih dominan dibandingkan dampak positif yang masih belum terbukti. Meskipun kita masih butuh penelitian-penelitian lebih lanjut untuk membuktikan pengamatan-pengamatan tersebut, akal sehat kita semestinya segera mendorong kita semua untuk segera mempertanyakan apakah UN sebagai salah satu komponen penentu kelulusan dan seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi merupakan pilihan kebijakan yang tepat saat ini?
Tidakkah lebih bermanfaat jika biaya penyelenggaraan UN yang begitu besar, yang tahun ini mencapai Rp 600 miliar, dialihkan untuk pelatihan guru, perpustakaan sekolah, laboratorium sekolah, perbaikan sekolah yang rusak, dan pembenahan sarana dan prasarana pendidikan lainnya? Belum lagi biaya-biaya terkait UN yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan orangtua murid.
Perlu diingat pula, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengabulkan gugatan 58 warga negara atas kebijakan UN (21/5/2007). Putusan itu dikuatkan Pengadilan Tinggi Jakarta dengan ditolaknya upaya banding pemerintah (6/12/2007). Putusan itu kembali dikukuhkan Mahkamah Agung dengan ditolaknya kasasi pemerintah (14/9/2009). Sementara itu, tiga kali panggilan PN Jakarta Pusat terkait eksekusi putusan tidak dipenuhi oleh pemerintah.
Upaya-upaya yang dilakukan Tim Advokasi Korban UN, termasuk dengan menemui, antara lain, Komisi X DPR, Komnas HAM, dan Dewan Pertimbangan Presiden belum membuahkan hasil. UN masih tetap berlangsung tanpa ada penilaian dari pengadilan apakah pemerintah telah memenuhi syarat-syarat yang mesti dipenuhi sebelum melaksanakan kebijakan UN lebih lanjut.
Patuhi putusan pengadilan
Putusan pengadilan tersebut mestinya menjadi momentum untuk meninjau UN sebagai penentu kelulusan dan seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini mengingat pelaksanaan UN tidak menjadi lebih baik, efektivitasnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan pencapaian siswa masih menimbulkan tanda tanya, sementara dampak-dampak negatifnya terus bermunculan.
Saatnya UN dibicarakan bersama dengan jernih dan terbuka dengan melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Dialog tersebut mestinya tidak hanya melibatkan kepala sekolah ataupun kepala dinas pendidikan dan jajaran Kemdikbud, tetapi juga kelompok masyarakat—termasuk yang selama ini dipandang sebagai penentang kebijakan UN. Dengan begitu, UN dapat dibedah dengan menggunakan sudut pandang yang bertolak belakang sekalipun guna mereposisi UN dan mencegah tereduksinya pendidikan menjadi penyortiran siswa berdasarkan prestasi akademis.
Elin Driana, Dosen Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Jakarta; Salah Seorang Koordinator Education Forum dan Anggota Koalisi Damai Reformasi Pendidikan
http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/20/10084413/Masih.Perlukah.Ujian.Nasional
Tak Perlu Lanjutkan UN Tahun Depan
ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Sejumlah siswa kelas XII SMA Taman Siswa, Kemayoran, Jakarta
Pusat, tengah belajar bersama untuk menghadapi Ujian Nasional (UN),
Selasa (9/4/2013). Menjelang UN yang akan berlangsung Senin mendatang,
mereka mengaku memperbanyak belajar tambahan. WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA
NUGRAHA
"UN ini tidak perlu lagi ada. Banyak keluhan dari banyak pihak termasuk anak-anak," kata Istibsyaroh saat Dialog Kisruh UN di DPD RI, Jakarta, Jumat (19/4/2013).
Hal serupa diungkapkan oleh anggota DPR RI dari Fraksi Golkar, Ace Sadzili. Ia menegaskan bahwa UN bukan merupakan satu-satunya alat untuk mengukur kualitas pendidikan di Indonesia sehingga memang sebaiknya tidak lagi dilaksanakan.
"UN ini kan untuk mengetahui di mana kualitas pendidikan kita. Tapi apakah UN satu-satunya? UN ini bukan satu-satunya menurut saya," kata Ace.
Menurutnya, apabila untuk mengukur kualitas, maka UN tidak perlu dilakukan tiap tahun dan kemudian dijadikan alat penentu kelulusan seorang siswa. Untuk itu, ia menyampaikan bahwa sebaiknya UN perlu diubah dengan pola lain, misalkan saja mengukur kelulusan lewat ujian sekolah.
"Daripada seperti ini, lebih baik sudah tidak ada saja UN karena peserta didik hanya menjadi kelinci percobaan saja dari kebijakan yang tidak mempertimbangkan manajemen," tandasnya.
http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/20/09362829/Tak.Perlu.Lanjutkan.UN.Tahun.Depan
UN Malah Membentuk Anak Jadi Manipulatif?
KOMPAS.com / ABDUL HAQ
Aksi main curang yang dilakukan peserta Ujian Nasional di salah
satu sekolah di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Kamis, (18/04/2013).
TERKAIT:
Praktisi Pendidikan dari Universitas Paramadina, Abduh Zein, mengatakan bahwa kebijakan UN yang diambil pemerintah ini justru membuat anak-anak belajar untuk menjadi pribadi yang manipulatif dan destruktif karena dihantui ketakutan tidak lulus ujian.
"Kebijakan UN ini tidak tepat karena destruktif dan menanamkan untuk manipulasi," kata Abduh saat diskusi Kisruh UN di DPD RI, Jakarta, Jumat (19/4/2013).
Tidak hanya sekadar itu, UN yang awalnya didesain untuk meningkatkan semangat belajar justru malah memunculkan semangat yang berkebalikan karena anak-anak menjadi berlomba untuk mencari bocoran jawaban agar UN yang dikerjakannya berjalan lancar.
"Sekarang dapat dilihat apakah semangat belajar meningkat karena UN? Tidak, karena yang ada justru sebaliknya anak-anak mencari jalan pintas untuk lulus UN," ungkap Abduh.
"Akhirnya anak yang pintar jadi hilang semangat belajar karena tahu ada jalan pintas itu," tandasnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Retno Listyarti. Ia menjelaskan bahwa adanya UN ini hanya membuat anak sibuk untuk mencari kunci jawaban bukan malah mempersiapkan belajar dengan baik.
"Tentu saja, UN ini hanya membuat anak belajar untuk curang bukan malah belajar dengan benar," ungkapnya.
http://edukasi.kompas.com/read/2013/04/20/1628367/UN.Malah.Membentuk.Anak.Jadi.Manipulatif
Rabu, 17 April 2013
UN Tak Cocok Jadi Alat Evaluasi Kurikulum 2013
Kompas Images/Iwan Setiyawan
Ilustrasi pelajar yang sedang mengikuti Ujian Nasional.
Praktisi pendidikan dari Universitas Paramadina, Abduh Zein, mengatakan bahwa metode tematik integratif ini membuka peluang guru dan siswa untuk mengeksplorasi lebih dalam tentang tema bahasannya. Anak-anak juga bebas mengobservasi dan mencari tahu sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
"Metode seperti ini tanpa batasan dan dinamis sehingga akan jadi persoalan jika ujian nasional (UN) masih dijadikan alat evaluasi," kata Zein saat Focus Group Discussion Menyoal Kurikulum 2013 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (14/12/2012).
Ia mengungkapkan bahwa jika tetap dipaksakan mengevaluasi siswa dengan sistem UN, konsep kurikulum yang digagas saat ini hanya akan sia-sia. Pasalnya, guru tak akan bisa dengan bebas mengembangkan tema bahasan karena ada koridor yang harus diikuti agar anak-anak bisa mengerjakan UN dengan baik.
"UN itu sangat rigid. Kisi-kisinya ada dan umumnya yang keluar soalnya seperti itu sehingga guru mau tidak mau ikuti saja. Kalau begini, apa yang berubah," ujar Zein.
Untuk itu, sejalan dengan perubahan kurikulum, UN mestinya bukan lagi menjadi pilihan pemerintah untuk melakukan evaluasi pendidikan bagi para siswa di tiap jenjang. Pemerintah harus mulai mempersiapkan formulasi baru untuk alat evaluasi siswa menyesuaikan dengan metode pembelajaran pada kurikulum baru.
Ikata Pelajar Muhammadiyah : sejumlah Pelajar yang tergabung dalam Ikatan Pelajar muhammadiyah melakukan aksi damai untuk menolak secara tegas pelaksanaan Ujian Nasional yang di gelar oleh Kemendiknas. Ujian Nasional dinilai sangat merugikan Pelajar Indonesia, karena selama menempuh sekolah 3 tahun lamanya kelulusan hanya di tentukan dengan waktu dan mata pelajaran yang sangat singkat. padahal dalam Sekolah Mata Pelajaran yang ada cukup banyak. selain itu Ujian Nasional dinilai membodohkan anak Bangsa bukan malahan mencerdaskan.walaupun sekarang Kemendiknas memberlakukan jumlah nilai kelulusan 40% dan 60%, akan tetapi tetap saja para pelajar masih mengandalkan bantuan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Selasa, 16 April 2013
Pelajar Muhammadiyah Kecewa UN di 11 Provinsi diundur
Adapun, 11 provinsi yang tidak dapat melaksanakan UN sesuai jadwal diantaranya, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo.
Hal tersebut menarik perhatian organisasi pelajar terbaik se-Indonesia 2011 dan OKP Terbaik Se-Asia Tenggara 2012, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Pimpinan Pusat IPM melalui Sekretarisnya menyampaikan rasa kekecewaan terhadap pemerintah Republik Indonesia khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI yang telah lalai dalam mengawal Ujian Nasional ini berjalan dengan baik tahun ini.
“Pelajar Indonesia merasa telah diberi harapan palsu oleh Pemerintah terkait carut marutnya sistem Ujian Nasional yang selalu membuat pelajar resah menghadapinya, ditambah lagi jadwal Ujian Nasional yang ditunda hanya karena kesalahan teknis dari percetakan” ujar Sekretaris PP IPM, Dzar Al Banna.
PP IPM menghimbau kepada Kemendikbud agar segera menyelesaikan permasalahan tersebut secepatnya, dan memberi sanksi kepada penyelenggara teknis UN secara Nasional, sanksi terhadap perusahaan percetakaan. “Karena harapan UN tepat waktu sangat ditunggu pelajar Indonesia. Jangan sampai terulang di UN untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)”, tambah Dzar.
PP IPM selama ini secara tegas sangat menolak dengan adanya UN, karena banyak hal-hal tidak di inginkan seperti melanggar HAM para pelajar, pengebaian terhadap perstasi dan usaha-usaha pelajar selama tiga tahun dan saran para sekolah dari Sabang sampai Merauke itu berbeda.
IPM Membuka posko pengaduan UN 2013 dengan mengirimkan laporan tindak kecurangan selama UN 2013 di alamat email pengaduan_un(at)ipm.or.id Pasca-Muktamar IPM ke 18 di Palembang, Sumatera Selatan, IPM selalu memberikan program-program alternatif untuk menjadi pelajar yang berkemajuan sesuai dengan visi misi IPM menjadikan pelajar yang kritis dan progresif. Setidaknya UN dapat menghambat pola pikir pelajar yang tidak peduli terhadap isu-isu yang merugikan pelajar, sehingga pelajar saat ini makin tergerus arus globalisasi dan budaya hedonisme yang berkepanjangan” tutup Dzar yang juga mahasiswa [ipm/dzar.a]
Rabu, 03 April 2013
Bila Suatu Organisasi Berjalan Tanpa “Ideologi”
Dan organisasi di sini bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki kesamaan ideologi, mulai dari organisasi kesiswaan, organisasi kemahasiswaan, organisasi kemasyarakatan, dan negara pun bisa masuk ke dalamnya.
Makna Ideologi
Soeranto Puspowardoyo mengatakan, ” Ideologi adalah keseluruhan pandangan, cita-cita, atau rangkaian nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
Atau pendapatnya Jindar Tamimy yang mengatakan bahwa ideologi berasal dari kata idea dan logos, yaitu ajaran atau ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh membahas gagasan, cita-cita, angan-angan, atau gambaran dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pandangan
2. Tujuan
3. Ajaran atau cara.
Untuk menjadi suatu ideologi, yang kemudian dibawa oleh suatu organisisasi, ketiga unsur tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sekarang sudah mengertilah kita, bahwa ideologi sebenarnya tidak hanya meliputi tujuan akhir yang akan dicapai, tapi ada sesuatu yang lebih mendasar lagi dari sekedar tujuan, yaitu paradigma atau cara pandang atau pandangan hidup. Paradigma yang benar, yang bersumber dari prinsip – prinsip yang benar, akan melahirkan tujuan dan cara yang benar.
Gambaran sederhana tentang hal ini adalah, bahwa ideologi itu tidak hanya sekedar perkara kendaraan (yang sering kita analogikan sebagai organisasi itu sendiri), yang digunakan untuk mengantarkan ke kota tujuan (yang kadang kita analogikan sebagai tujuan organisasi), tapi juga meliputi pengetahuan peta perjalanan ke kota tujuan. Peta inilah pandangan hidup tadi. Peta yang benar, akan mampu mengantarkan kita pada kota tujuan yang benar pula. Sebaliknya, perjalanan tanpa pengetahuan peta yang benar mengenai kota tujuan, meskipun dengan kendaraan bagus, sangat rawan untuk tersesat.
Para pendiri organisasi tidak akan lepas dari ideologi ini. Kesepakatan ideologi membuahkan satu organisasi. Tapi yang jadi masalah adalah generasi penerus dari organisasi ini. Organisasi apapun. Dari generasi ke generasi, suatu organisasi tidak luput dari masalah erosi ideologi. Ada proses pengikisan ideologi dalam organisasi, baik disengaja oleh oknum tertentu maupun akibat kelalaian para “penjaga gawang” organisasi.
Terkikisnya pemahaman tentang ideologi ini mengakibatkan ideologi hanya sebatas tulisan. Ideologi tidak berjalan secara praktek. Ini adalah penyakit kronis yang melanda organisasi. Gejala-gejala akut yang sering muncul adalah terjadinya kekecewaan antar personal, sikap saling sikut, hilangnya sikap saling percaya, saling mencurigai, miskin kader, dan pada akhirnya terjadi perpecahan atau muncul sempalan-sempalan. Kalau pun masih ada orang yang bertahan dalam organisasi penyakitan seperti ini, ada 2 kemungkinan yang menjadi dasar pertimbangan baginya untuk bertahan. Pertama, dia ingin menyelamatkan organisasinya. Yang seperti ini sangat sedikit jumlahnya, dan kadang tidak dikenal orang. Atau yang kedua, dia ingin bonceng organisasi tersebut untuk membawanya sampai pada tujuan pribadinya. Tujuan pribadi manusia ada banyak macamnya, seperti : kedudukan, nama baik, dikenal orang, pasangan cantik / ganteng / shaleh, bermain-main, menghabiskan waktu bersama teman dan kesenangan dunia lainnya. Biasanya – kalau tidak semuanya, orang dengan pertimbangan yang kadua ini bila apa yang dicarinya tidak dia dapatkan, tidak akan bertahan lama juga.
Bila suatu organisasi tanpa “ideologi”, yang terlihat adalah “kebancian” karakter. Tidak memiliki warna yang jelas. Tidak jelas genre-nya. Sikap ambivalen akan sering muncul. Memiliki standar ganda kebenaran. Sehingga persoalan demi persoalan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, hanya menjadi perdebatan kusir antar personal dalam organisasi.
Bila suatu organisasi tanpa “ideologi”, semangat pun juga tidak ada, karena tidak tahu apa yang sedang dan akan diperjuangkan. Tidak memiliki arah gerakan yang jelas karena dis-orientasi. Organisasi hanya dijadikan tempat kumpul, curhat, iuran bulanan, arisan, ngerumpi, dan bermain – main. Dan masih banyak lagi dampak negatif yang sering muncul ke permukaan. Dan bila masalah mendasar ini tidak segera diselesaikan, masalah demi masalah yang bersifat internal akan senantiasa muncul. Artinya, keruntuhan organisasi sudah mengancam.
Dalam fisik manusia maupun dalam suatu organisasi tidak lepas dua masalah, yaitu masalah kronis dan masalah akut. Kronis berarti sesuatu yang mendasar, dan sering kali tidak tampak dan tidak terasa rasa “sakit”nya. Akan tetapi, masalah kronis adalah akar bagi tumbuhnya masalah-masalah akut. Akut berarti sesuatu yang muncul ke permukaan, yang sering dirasakan rasa “sakit” nya dan yang menjadi pusat perhatian untuk segera mendapatkan penanganan. Orang sering kali terjebak dan berkutat dalam permasalahan akut ini, sehingga lalai terhadap permasalahan kronis yang dideritanya. Padahal selama masalah kronis belum diselesaikan, masalah-masalah yang bersifat akut tidak akan pernah bisa selesai.
Contoh, ketika orang menderita hipertensi. Ketika kambuh, masalah yang sering muncul adalah sakit kepala. Ini adalah masalah akutnya. Orang biasanya terus lari mencari aspirin, bodrex, dsb. utk menyembuhkan sejenak sakit kepala ini. Derita ini akan terus terjadi (secara temporal) jika permasalah kronisnya tidak diselesaikan. Permasalahan kronis penyakit hipertensi adalah adanya endapan garam pada pembuluh yang mempersempit saluran pembuluh darah. Endapan garam inilah masalah kronisnya. Bila endapan ini dapat dihilangkan, sakit kepala yang biasa kambuh -secara rutin- tidak akan terjadi lagi.
Demikian juga halnya dengan permasalah di dalam organisasi. Kita sering terjebak dalam permasalah akut yang memang menyakitkan, seperti kekecewaan antar personal, sikap saling sikut, hilangnya sikap saling percaya, saling mencurigai, persaingan negatif, hilang semangat juang, tidak komitmen dan sebagainya. Saking asyiknya dengan permasalahan akut, biasanya kita lalai dan lengah untuk menelurusi permasalah mendasar yang memang tak tampak dan tak terasa sakitnya.
Henry David Thoreau pernah mengatakan, ” Daripada seribu kali memangkas ranting dan cabang pohon kejahatan, akan lebih efektif bila Anda sekali saja memenggal akarnya.”
Ideologi, itulah akar dari setiap organisasi. Dan, barangkali itulah yang menjadi biang keladi dari permasalahan-permasalahan dalam organisasi.
Din Syamsuddin: IPM Harus Bisa Mengisi Masa Depan Bangsa
Sabtu, 30-03-2013
Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) sebagai penerus, pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah ini yang membuat banyak Alumni AMM berebut amal usaha Muhammadiyah, maka dari itu Muhammadiyah mengubah menjadi AMM sebagai penerus, pelopor, pelangsung dan pengawal gerakan pencerahan Muhammadiyah. "Ortom AMM harus berada di jalur ini menjadi agen dari gerakan pencerahan Muhammadiyah. Mereka adalah laskar zaman," tambahnya disambut tepuk tangan peserta Rakernas.
Din Syamsuddin berharap IPM dan AMM lainnya mendukung gerakan Muhammadiyah dalam pembahasan RUU Ormas, Migas, RUU Pendirian Rumah Sakit, Masalah Densus 88, Teroris dll. IPM sebagai anak panah gerakan Muhammadiyah sebagai garda terdepan dalam mengawal gerakan Muhammadiyah.
Rakernas IPM yang dilaksanakan di kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ini mengangkat tema Menatap Masa Depan Bangsa, membangun Budaya Pelajar Kritis dan Progresif menurut Din, IPM jangan hanya menatap masa depan, tapi harus juga mengisi masa depan bangsa dengan segala keilmuan yang dimiliki IPM dengan budaya yang kritis dan progresif.
Dalam pembahasan RUU Ormas oleh DPR RI Din menyampaikan Muhammadiyah mengkaji ada nuansa pengaturan yang ketat dari akar Ormas yang merupakan kebebasan berserikat warga. Selain itu, kewajiban asas Pancasila dinilai Din sebagai usaha mempertentangkan Pancasila dan agama. "Ormas Islam selama ini tidak ada pertentangan dengan Pancasila, masalahnya itu sudah final," ujarnya.
Menjelang tahun 2014 Din berharap IPM dan AMM lainnya bisa menjaga Muhammadiyah dari netralitas politik, Jika AMM termasuk IPM tidak bisa menjaga Muhammadiyah dan dirinya maka kepada siapa lagi kita berharap. Saya sedih kalau Muhammadiyah tidak bisa bertahan dipenghujung abad kedua," tutup Din.
Lomba Artikel Pendidikan Hardiknas 2013
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2013,
Pusat Informasi dan Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (PIH
Kemdikbud), menyelenggarakan Lomba Penulisan Artikel, Features, dan
Lomba Foto Bidang Pendidikan dan Kebudayaan.
Tema Lomba adalah “MEMBELI MASA DEPAN DENGAN HARGA SEKARANG”
Subtema:
- Pembiayaan Pendidikan
- Implementasi Kurikulum 2013
- Sarana dan Prasarana Pendidikan
- Melestarikan Warisan Budaya
Kriteria Lomba:
- Penulisan artikel terbuka untuk umum. Penulisan karangan khas (features) untuk wartawan media cetak.
- Kategori lomba foto meliputi: pelajar/mahasiswa; umum/profesional; dan wartawan. Karya wartawan sudah pernah dimuat di media cetak atau online, disertakan bukti pemuatan.
- Artikel, Feature, dan Foto adalah karya asli, dan panitia berhak menggugurkan pemenang apabila di kemudian hari tulisan terbukti bukan karya asli.
- Artikel, features, dan foto belum pernah diikutsertakan dalam lomba apapun dan tidak sedang disertakan dalam lomba lainnya.
- Artikel dan Feature dimuat pada media massa cetak yang terbit di Indonesia pada periode 1 Januari s.d. 5 April 2013.
- Tulisan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
- Pengiriman naskah artikel dan features dilampirkan bukti pemuatan serta fotokopi identitas, melalui pos mulai 6 Maret s.d. 5 April 2013 (cap pos), dikirim ke alamat panitia lomba: Pusat Informasi dan Humas, Gedung C lt. 4, Kemdikbud, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat.
- Pengiriman foto dalam bentuk file dengan ukuran 1,25 MB, resolusi 72 per inch, ke email: lombaphoto@kemdikbud.go.id, mulai 6 Maret s.d. 5 April 2013.
- Peserta dapat mengirimkan maksimal 5 naskah artikel, features, maupun foto.
- Panitia berhak menggunakan foto yang diikutsertakan dalam lomba untuk kepentingan publikasi.
- Pengumuman hasil lomba melalui www.kemdikbud.go.id pada Mei 2013. Pemenang akan dihubungi oleh panitia.
- Pemenang I, II, dan III tiap kategori berhak atas piagam penghargaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan uang tunai masing-masing sebesar:
- Juara I : Rp 10.000.000 (dipotong pajak)
- Juara II : Rp 7.500.000 (dipotong pajak)
- Juara III : Rp 5.000.000 (dipotong pajak)
- Peserta bukan pegawai Kemdikbud Pusat.
- Keputusan juri bersifat final dan tidak bisa diganggu gugat.
Unduhan:
Brosur lomba dapat diunduh melalui web sumber posting di http://yasekolah.blogspot.com
Teori Bertingkat
Teori kebutuhan Maslow -
Abraham Maslow mengembangkan teori kepribadian yang telah mempengaruhi
sejumlah bidang yang berbeda, termasuk pendidikan. Ini pengaruh luas
karena sebagian tingginya tingkat kepraktisan’s teori Maslow. Teori ini
akurat menggambarkan realitas banyak dari pengalaman pribadi. Banyak
orang menemukan bahwa mereka bisa memahami apa kata Maslow. Mereka dapat
mengenali beberapa fitur dari pengalaman mereka atau perilaku yang
benar dan dapat diidentifikasi tetapi mereka tidak pernah dimasukkan ke
dalam kata-kata.
Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar
itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai
dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai
orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan
indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan
tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi
dan lurus dan indah. Berikut ini lima tingkat kebutuhan menurut teori Maslow.
Kebutuhan Fisiologis
Teori kebutuhan Maslow yang pertama adalah kebutuhan biologis.
Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh
relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang
tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam
pencarian seseorang untuk kepuasan.
Kebutuhan Keamanan
Teori kebutuhan Maslow
yang berikutnya adalah ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak
mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat
menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka
kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam
struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan
tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Teori kebutuhan Maslow selanjutnya adalah kebutuhan sosial.
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas,
kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat
muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan
kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta,
kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa
menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk
seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa
hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa
percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan
frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Tingkat kebutuhan terakhir adalah ketika semua kebutuhan di atas
terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri
diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu
untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.”
“Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus
menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda
kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu,
singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai
atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apa
orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang
seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. (Source : belajarpsikologi.com)
Sekilas mengenai profile Abraham Maslow
Abraham Maslow lahir 1 April 1908 di Brooklyn, New York, Amerika
Serikat. Ia awalnya kuliah di bidang hukum, sebelum akhirnya memilih
untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Winconsin. Ia
memperoleh gelar PhD pada 1934. Maslow menjadi pelopor aliranpsikologi
humanistik yang pada tahun 1950 hingga 1960-an. Ia dikenal sebagai
“kekuatan ke-tiga” di samping teori Freud dan behaviorisme. Maslow
menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan
menjadi residentfellow untuk Laughlin Institute of California. Ia
meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970.
Nah, itulah sekilas kutipan mengenai teori kebutuhan Maslow
mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca, masih banyak sekali teori
kebutuhan menurut ahli lain.
Hukum Perayaan Valentine Menurut Islam
Memasang Keylogger di Mozilla Firefox
Gak Perlu dijelasin deh -__- , yang baca paling udah tau maksud, cara, dan resiko menggunakannya. Yups, cara memasang logger di Mozilla. Gak perlu ngoprek jeroan mozilla, cukup adengan plugin saja.
Install Plugins Keylogger
https://addons.mozilla.org/id/firefox/addon/keylogger-220858/
Cara pakai :
Setelah di install di Firefox, tekan ALT + L , lalu akan diminta memasukan sebuah password, itu bertujuan untuk membuka file log-nya, masukin password yang mudah di ingat misalnya cukup angka 1 saja.
INGAT, Jangan sampai lupa passwordnya,
Karena meski sudah di uninstall pun, passwordnya tetap tidak bisa tereset. Udah ngertikan :D
Selasa, 02 April 2013
Perjalanan Musyawarah Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Prov. Jambi
Tertanggal 29 Maret 2013 pembukaan Musyawaroh Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Prov. Jambi sedang berlangsung, di hadiri 6 Pimpinan Daerah dan 4 Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah se-Prov. Jambi. Ibunda 'Aisyiyah, Ayahanda Muhammadiyah serta tamu undangan turut hadir dalam Pembukaan. " Pelajar Muhammadiyah harus Kritis dalam menghadapi problematika-problematika yang selama ini terjadi dalam dunia pelajar serta kreatif dalam mensikapi problematika yang selama ini menjadi penyakit pelajar. Tumbuhkan karakteristik pelajar sebagai generasi penerus bangsa" pesan Ayahanda Pimpinan Wilayah Muhammadiyah saat membuka acara secara resmi.
Musywil IPM Prov. Jambi merupakan hajatan akbar IPM dalam tingkat wilayah, yang didalamnya terdapat rumusan-rumsan pergerakan IPM kedepan. tak terasa waktu berlalu perdebatan-berdebatan sengit yang terjadi telah membuahkan hasil yang positif terhadap peserta yang mulai bergabung dengan IPM.sampai-sampai peserta ada yang merasa ketakutan melihat perdebatan yang terjadi dalam arena Musywil.
seru, asyik, dlam arena Muswil.
kekritisan kader IPM dri setiap Daerah telah membuat para pasukan elite IPM di level Wilayah mengakui bahwa kader IPM tidak bisa di permainkan.
Minggu, 31 Maret 2013
Musywil IPM Prov. Jambi
Kemarin tanggal 29-30 Musywil dilaksanakan dan pada hari itu saatnya memilih bagi anggota anggota ipm (memilih kandidat pw yang baru ) & pada saat itulah juga terjadi debat antara pw dan pd dan disitulah keseruan dari rapat musywil dan sampai sampai kakak senior juga kena usir dari rapat sidang musywil.
Dan akhirnya pada tanggal 31 siangnya telah terpilih 9 formatur pw baru yaitu:
1.Sarkawi
2.Misbahul Khairi
3.Ihsan Rafiqi
4.Ahmad Syafiq
5.Riska Yuliani
6.Zahra
7. Nur Azizah
8.Emin B.S
9.Adiyan Coga Guci
Semoga dengan terpilihnya formatur baru dapat memajukan ipm di Prov. Jambi ini.
Dan akhirnya pada tanggal 31 siangnya telah terpilih 9 formatur pw baru yaitu:
1.Sarkawi
2.Misbahul Khairi
3.Ihsan Rafiqi
4.Ahmad Syafiq
5.Riska Yuliani
6.Zahra
7. Nur Azizah
8.Emin B.S
9.Adiyan Coga Guci
Semoga dengan terpilihnya formatur baru dapat memajukan ipm di Prov. Jambi ini.
Rabu, 27 Maret 2013
Mengapa Orang Yahudi Lebih Pintar dan Unggul?
Mengapa Yahudi Pintar?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DR.Stephen Carr Leon. Penelitian DR Leon ini adalah tentang pengembangan kualitas hidup orang Israel atau orang Yahudi.
Studi yang dilakukan mendapatkan fakta-fakta sebagai berikut :
Ternyata, bila seorang Yahudi hamil, maka sang ibu segera saja meningkatkan aktivitasnya membaca, menyanyi dan bermain piano serta mendengarkan musik klasik. Tidak itu saja, mereka juga segera memulai untuk mempelajari matematika lebih intensif dan juga membeli lebih banyak lagi buku tentang matematika, mempelajarinya, dan bila ada yang tidak diketahui dengan baik, mereka tidak segan-segan untuk datang ke orang lain yang tahu matematika untuk mempelajarinya. Semua itu dilakukannya untuk anaknya yang masih didalam kandungan.
Setelah anak lahir, bagi sang ibu yang menyususi bayi nya itu, mereka memilih lebih banyak makan kacang, korma dan susu. Siang hari, makan roti dengan ikan yang tanpa kepala serta salad. Daging ikan dianggap bagus untuk otak dan kepala ikan harus dihindari karena mengandung zat kimia yang tidak baik untuk pertumbuhan otak si anak. Disamping itu sang ibu diharuskan banyak makan minyak ikan (code oil lever).
Menu diatur sedemikian rupa sehingga didominasi oleh ikan. Bila ada daging, mereka tidak akan makan daging bersama-sama dengan ikan, karena mereka percaya dengan makan ikan dengan daging hasilnya tidak bagus untuk pertumbuhan. Makan ikan seyogyanya hanya makan ikan saja, bila makan daging, hanya makan daging saja, tidak dicampur. Makan pun, mereka mendahulukan makan buah-buahan baru makan roti atau nasi. Makan nasi dulu baru kemudian makan buah, dipercaya akan hanya membuat ngantuk dan malas berkerja.
Yang istimewa lagi adalah : Di Israel, merokok itu tabu! Mereka memiliki hasil penelitian dari ahli peneliti tentang Genetika dan DNA yang meyakinkan bahwa nekotin akan merusak sel utama yang ada di otak manusia yang dampaknya tidak hanya kepada si perokok akan tetapi juga akan mempengaruhi “gen” atau keturunannya. Pengaruh yang utama adalah dapat membuat orang dan keturunannya menjadi “bodoh” atau “dungu”. Walaupun, kalau kita perhatikan, maka penghasil rokok terbesar di dunia ini adalah orang Yahudi! Tetapi yang merokok, bukan orang Yahudi.
Anak-anak, selalu diprioritaskan untuk makan buah dulu baru makan nasi atau roti dan juga tidak boleh lupa untuk minum pil minyak ikan. Mereka juga harus pandai bahasa, minimum 3 bahasa harus dikuasai nya yaitu Hebrew, Arab dan bahasa Inggris. Anak-anak juga diwajibkan dan dilatih piano dan biola. Dua instrument ini dipercaya dapat sangat efektif meningkatkan IQ mereka. Irama musik terutama musik klasik dapat menstimulasi sel otak. Sebagian besar dari musikus genius dunia adalah orang Yahudi.
1 dari 6 anak Yahudi, diajarkan matematika dengan konsep yang berkait langsung dengan bisnis dan perdagangan. Ternyata salah satu syarat untuk lulus dari Perguruan Tinggi bagi yang Majoring nya Bisnis, adalah, dalam tahun terakhir, dalam satu kelompok mahasiswa (terdiri dari 10 orang), harus menjalankan perusahaan. Mereka hanya dapat lulus setelah perusahaannya mendapat untung 1 juta US Dollar. Itulah sebabnya, maka lebih dari 50 % perdagangan di dunia dikuasai oleh orang Yahudi. Design “Levis” terakhir diciptakan oleh satu Universitas di Israel, fakultas “business and fashion“.
Olah raga untuk anak-anak, diutamakan adalah Menembak, Memanah dan Lari. Menembak dan Memanah, akan membentuk otak cemerlang yang mudah untuk “fokus” dalam berpikir!
Di New York, ada pusat Yahudi yang mengembangkan berbagai kiat berbisnis kelas dunia. Disini terdapat banyak sekali kegiatan yang mendalami segi-segi bisnis sampai kepada aspek-aspek yang mempengaruhinya. Dalam arti mempelajari aspek bisnis yang berkaitan juga dengan budaya bangsa pangsa pasar mereka. Pendalaman yang bergiat nyaris seperti laboratorium, “research and development” khusus perdagangan dan bisnis ini dibiayai oleh para konglomerat Yahudi.
Tidak mengherankan bila kemudian kita melihat keberhasilan orang Yahudi seperti terlihat pada : Starbuck, Dell Computer, Cocacola, DKNY, Oracle. pusat film Hollywood, Levis dan Dunkin Donat.Khusus tentang rokok, negara yang mengikuti jejak Israel adalah Singapura. Di Singapura para perokok diberlakukan sebagai warga negara kelas dua. Semua yang berhubungan dengan perokok akan dipersulit oleh pemerintahnya. Harga rokok 1 pak di Singapura adalah 7 US Dollar, bandingkan dengan di Indonesia yang hanya berharga 70 sen US Dollar. Pemerintah Singapura menganut apa yang telah dilakukan oleh peneliti Israel, bahwa nekotin hanya akan menghasilkan generasi yang “Bodoh” dan “Dungu”.Percaya atau tidak, tentunya terserah kita semua. Namun kenyataan yang ada terlihat bahwa memang banyak sekali orang yahudi yang pintar!(Chappy hakim/adm http://www.dakiunta.com)Dapatkah Indonesia menjadi bangsa yang unggul?1. Selama kebanyakan masyarakat Indonesia berpegang pada prinsip "Uang tidak dibawa mati" jawabannya jelas "TIDAK."Kalau berprinsip tak apa di hidup di dunia miskin asal di akhirat kaya, ya lanjutkan. Tapi jangan menyalahkan pemerintah jika anda hidup miskin.2. Bangsa Yahudi itu dulu budak di Mesir. Bangsa Indonesia hanya pernah dijajah, bukan budak. Nah kalau bangsa yang dulu diperbudak saja dapat menjadi bangsa kecil namun mendominasi dunia, berarti Indonesia jauh lebih bisa. Asal... (Silakan lanjutkan sendiri)Link: Yahudi Wikipediasumber: ceritadanwarta
Langganan:
Postingan (Atom)