Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Jambi

"WELCOME TO MY BLOG PD IPM KOTA JAMBI"

Rabu, 03 April 2013

Bila Suatu Organisasi Berjalan Tanpa “Ideologi”

Kata ideologi yang tersemat dalam judul di atas dimaksudkan untuk ideologi dalam ranah praksis, bukan konsep – teoritis. Secara konsep saya 100 % yakin bahwa setiap organisasi memiliki tulisan – tulisan hitam di atas putih yang menggambarkan ideologi dari organisasi tersebut.
Dan organisasi di sini bisa diartikan sebagai sekumpulan orang yang memiliki kesamaan ideologi, mulai dari organisasi kesiswaan, organisasi kemahasiswaan, organisasi kemasyarakatan, dan negara pun bisa masuk ke dalamnya.
Makna Ideologi
Soeranto Puspowardoyo mengatakan, ” Ideologi adalah keseluruhan pandangan, cita-cita, atau rangkaian nilai dan keyakinan yang ingin diwujudkan secara konkrit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.”
Atau pendapatnya Jindar Tamimy yang mengatakan bahwa ideologi berasal dari kata idea dan logos, yaitu ajaran atau ilmu pengetahuan yang secara sistematis dan menyeluruh membahas gagasan, cita-cita, angan-angan, atau gambaran dalam pikiran untuk mendapatkan keyakinan mengenai hidup dan kehidupan yang benar dan tepat.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ideologi itu memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Pandangan
2. Tujuan
3. Ajaran atau cara.
Untuk menjadi suatu ideologi, yang kemudian dibawa oleh suatu organisisasi, ketiga unsur tidak bisa berdiri sendiri. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sekarang sudah mengertilah kita, bahwa ideologi sebenarnya tidak hanya meliputi tujuan akhir yang akan dicapai, tapi ada sesuatu yang lebih mendasar lagi dari sekedar tujuan, yaitu paradigma atau cara pandang atau pandangan hidup. Paradigma yang benar, yang bersumber dari prinsip – prinsip yang benar, akan melahirkan tujuan dan cara yang benar.
Gambaran sederhana tentang hal ini adalah, bahwa ideologi itu tidak hanya sekedar perkara kendaraan (yang sering kita analogikan sebagai organisasi itu sendiri), yang digunakan untuk mengantarkan ke kota tujuan (yang kadang kita analogikan sebagai tujuan organisasi),  tapi juga meliputi pengetahuan peta perjalanan ke kota tujuan. Peta inilah pandangan hidup tadi. Peta yang benar, akan mampu mengantarkan kita pada kota tujuan yang benar pula. Sebaliknya, perjalanan tanpa pengetahuan peta yang benar mengenai kota tujuan, meskipun dengan kendaraan bagus, sangat rawan untuk tersesat.
Para pendiri organisasi tidak akan lepas dari ideologi ini. Kesepakatan ideologi membuahkan satu organisasi. Tapi yang jadi masalah adalah generasi penerus dari organisasi ini. Organisasi apapun. Dari generasi ke generasi, suatu organisasi tidak luput dari masalah erosi ideologi. Ada proses pengikisan ideologi dalam organisasi, baik disengaja oleh oknum tertentu maupun akibat kelalaian para “penjaga gawang” organisasi.
Terkikisnya pemahaman tentang ideologi ini mengakibatkan ideologi hanya sebatas tulisan. Ideologi tidak berjalan secara praktek. Ini adalah penyakit kronis yang melanda organisasi. Gejala-gejala akut yang sering muncul adalah terjadinya kekecewaan antar personal, sikap saling sikut, hilangnya sikap saling percaya, saling mencurigai, miskin kader, dan pada akhirnya terjadi perpecahan atau muncul sempalan-sempalan. Kalau pun masih ada orang yang bertahan dalam organisasi penyakitan seperti ini, ada 2 kemungkinan yang menjadi dasar pertimbangan baginya untuk bertahan. Pertama, dia ingin menyelamatkan organisasinya. Yang seperti ini sangat sedikit jumlahnya, dan kadang tidak dikenal orang. Atau yang kedua, dia ingin bonceng organisasi tersebut untuk membawanya sampai pada tujuan pribadinya. Tujuan pribadi manusia ada banyak macamnya, seperti : kedudukan, nama baik, dikenal orang, pasangan cantik / ganteng / shaleh, bermain-main, menghabiskan waktu bersama teman dan kesenangan dunia lainnya. Biasanya – kalau tidak semuanya, orang dengan pertimbangan yang kadua ini bila apa yang dicarinya tidak dia dapatkan, tidak akan bertahan lama juga.
Bila suatu organisasi tanpa “ideologi”, yang terlihat adalah “kebancian” karakter. Tidak memiliki warna yang jelas. Tidak jelas genre-nya. Sikap ambivalen akan sering muncul. Memiliki standar ganda kebenaran. Sehingga persoalan demi persoalan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, hanya menjadi perdebatan kusir antar personal dalam organisasi.
Bila suatu organisasi tanpa “ideologi”, semangat pun juga tidak ada, karena tidak tahu apa yang sedang dan akan diperjuangkan. Tidak memiliki arah gerakan yang jelas karena dis-orientasi. Organisasi hanya dijadikan tempat kumpul, curhat, iuran bulanan, arisan, ngerumpi, dan bermain – main. Dan masih banyak lagi dampak negatif yang sering muncul ke permukaan. Dan bila masalah mendasar ini tidak segera diselesaikan, masalah demi masalah yang bersifat internal akan senantiasa muncul. Artinya, keruntuhan organisasi sudah mengancam.
Dalam fisik manusia maupun dalam suatu organisasi tidak lepas dua masalah, yaitu masalah kronis dan masalah akut. Kronis berarti sesuatu yang mendasar, dan sering kali tidak tampak dan tidak terasa rasa “sakit”nya. Akan tetapi, masalah kronis adalah akar bagi tumbuhnya masalah-masalah akut. Akut berarti sesuatu yang muncul ke permukaan, yang sering dirasakan rasa “sakit” nya dan yang menjadi pusat perhatian untuk segera mendapatkan penanganan. Orang sering kali terjebak dan berkutat dalam permasalahan akut ini, sehingga lalai terhadap permasalahan kronis yang dideritanya. Padahal selama masalah kronis belum diselesaikan, masalah-masalah yang bersifat akut tidak akan pernah bisa selesai.
Contoh, ketika orang menderita hipertensi. Ketika kambuh, masalah yang sering muncul adalah sakit kepala. Ini adalah masalah akutnya. Orang biasanya terus lari mencari aspirin, bodrex, dsb. utk menyembuhkan sejenak sakit kepala ini. Derita ini akan terus terjadi (secara temporal) jika permasalah kronisnya tidak diselesaikan. Permasalahan kronis penyakit hipertensi adalah adanya endapan garam pada pembuluh yang mempersempit saluran pembuluh darah. Endapan garam inilah masalah kronisnya. Bila endapan ini dapat dihilangkan, sakit kepala yang biasa kambuh -secara rutin- tidak akan terjadi lagi.
Demikian juga halnya dengan permasalah di dalam organisasi. Kita sering terjebak dalam permasalah akut yang memang menyakitkan, seperti kekecewaan antar personal, sikap saling sikut, hilangnya sikap saling percaya, saling mencurigai, persaingan negatif, hilang semangat juang, tidak komitmen dan sebagainya. Saking asyiknya dengan permasalahan akut, biasanya kita lalai dan lengah untuk menelurusi permasalah mendasar yang memang tak tampak dan tak terasa sakitnya.
Henry David Thoreau pernah mengatakan, ” Daripada seribu kali memangkas ranting dan cabang pohon kejahatan, akan lebih efektif bila Anda sekali saja memenggal akarnya.”
Ideologi, itulah akar dari setiap organisasi. Dan, barangkali itulah yang menjadi biang keladi dari permasalahan-permasalahan dalam organisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar